Opini: Hari Gini Masih Buta Teknologi ?

Halo, ini sebenarnya mau curhat aja sih sama case yang sudah 'kenyang' ngadepin kaya gini. Disini aku cuma mau menyuarakan kekesalanku aja sih, karena aku ga tau harus cerita ke siapa lagi hahaha.

Jadi gini. aku tadi baru saja datang ke lembaga yang katanya terkenal dan udah terjamin lah kalau kata orang-orang, bahkan mamiku bilang kalau tempat itu sudah berdiri sejak mamiku sekolah dulu. Iya aku ke kursus LIA ya kursus bahasa inggris gitu. Lalu rencananya tahun depan aku mau ambil kursus khusus percakapan aja, hasil tes kemarin aku di level intermediate (CV-3) dari 1-6, ya ga buruk amat lah untuk aku yang udah lama banget ga nyentuh bahasa inggris sejak akhir SMA. Kemudian, aku dateng kan ke tempat les itu, naik grab bike tuh, karena aku kan ga ada kendaraan sendiri. Jadi kemana-mana ya naik grab. Nah udah tuh, sampai sana aku diantar ke resepsionis nya oleh satpam nya buat daftar. Ternyata, pas mau daftar itu harus sama uang pendaftaran. Aku udah bawa uang, tapi di ATM. Dari hasil aku kepoin website nya dan social media mereka seperti instagram, ga ada keterangan khusus untuk pembayarannya, jadi pikirku seenggak nya aku bisa transfer lah karena aku juga ada M-Banking dan bawa uang cash diatas 600-700rb tu jujur aku ga begitu suka, karena riskan. Apalagi untuk aku yang naik ojek ya kan. 

Kalau kalian pikir, "kenapa ga telpon WA nya?"

*Agak skeptis* "Mereka ga bisa di telp WA untuk sekelas tempat usaha ^^, harus telp rumah, ya males lah, kesedot berapa tuh pulsa, dan di google maps mereka juga ga cantumin no.WA"

"Trus tau nomer WA darimana?"

"Aku kepoin satu-satu komentar review orang-orang"

Kmbali ke topik, lalu aku tanya tu ke resepsionisnya, 

"Mbak, disini bisa gesek ATM?"

"Ga ada mb"

*kaget*
"Bisa transfer mb ?"

"Ga bisa juga mb"

*Mikir ATM terdekat yang bisa dijangkau jalan kaki, teryata ga ada*
"Harus cash ya mb?"

"Iya" *emot senyum kepaksa kaya orang yang lagi ga mood kerja.

"Yah" *pengen usul bikin mesin EDC tapi mbak resepsionisnya kaya lagi ga ramah 

(Sumpa aku pikir bisa ya, secara hari gini ga ada mesin EDC di tempat usaha, ya ampunnnn bahkan ayam geprek biasa di pinggir jalan ada. Bikinnya lho gratis? kenapa aku bisa tahu? karena dulu aku pernah ngurus langsung ke marketing nya buat Ng***p, mau kontak marketing nya ? Adaaaa). Bahkan kalau seandainya ga ada mesin EDC, seenggaknya bisa transfer lah. Takut nipu ? Sini ta kasih bukti transferan screenshot)

Kadang aku suka ga paham dengan tempat usaha, apalagi yang sudah berdiri lama bahkan bisa lebih dari 20 tahun, tapi masih belum bisa memanjakan customer nya bahkan potential customer nya dengan maksimal?? Aku kesini karena saran ibuku, karena bilang tempat usaha nya yang bikin muslim? Menurut ku kalau untuk segi profesionalisme, aku ga pernah membedakan hal-hal dan kukaitkan dengan agama, karena itu dua hal yang berbeda, bisnis ya bisnis, agama ya agama.

Bentuk kecewa lagi itu karena aku baru ingat, saat mau daftar placement test kemarin itu, juga harus datang ke tempat nya itu loh untuk pembayaran pula. Aku tanya apakah kalau sekedar cuma placement test, bisa daftar lewat via telp saja atau chat, jawab nya ga bisa, harus kesana. Akhirnya aku turutin tuh kesana karena kupikir prosedur yang dilakukan mungkin lebih kompleks karena butuh orang asli yang harus daftar. TERNYATA NGGAA DONG, cuma diminta nama dan setor 100rb. Ya ampun ga efisien banget ya, mana daftar nya nya max. H-1 tes, kalau cuma gitu aja kenapa ga pas hari H juga dibolehkan gitu? itu buang-buang waktu ga sih dan grab? cuma buat kegiatan yang ga nyampe lima menit? Baru kali ini aku nemuin instansi yang tidak fleksibel. Menurutku ya, asal ada uang, selama prosesnya halal, why not gitu kalau cuma gitu aja? kenapa ga kirim template chat lah minimal di WA kan bisa. baru kegiatan administrasi resmi pada saat hari H kan bisa, jadi gausah bolak-balik datang. Apalagi di tempat lain atau instansi apapun, cuma daftar via email atau telp aja bisa *speechless*.

Sebenarnya, kalau dipikir-pikir lagi ya, dengan ada nya kita bisa memanjakan customer dengan berbagai kemudahan, itu secara ga langsung kita lebih CEPAT mengikat si potential customer untuk pakai produk kita. Misal nih ya, dengan aku bisa lebih cepat untuk nge DP nih di tempat les itu karena aku ga bawa uang cash nih, secara ga langsung customer pasti mikir gini "yauda fix aku les disitu". Kalau misal nya nih kaya aku, otomatis kan harus balik lagi kesana cuma buat setor uang, pernah ga si mikir customernya bakal mikir gini "Males ah, ntar aja ntr aja". Gitu terus sampai si customer tiba-tiba kepincut tempat lain trus ending nya customer ga jadi les disitu. Kan masih ada peluang kaya gitu ya kan? atau ga potential customer nya di luar kota jauh pelosok misalkan, ya kali dateng cuma buat daftar bayar lunas aja. Ga efisien sekali... Time is priority.

"Mungkin mereka udah ngurus kali, tapi masih otw"

Ya kita juga gatau ya, faktor x nya apa, sampai ga ada, tapi seenggak nya ada solusi lah misal nih di transfer ke nomer rekening owner nya atau bikin akun khusus bisnis nya kan bisa. Jangan sampai alasan bikin mesin EDC itu mahal lah apa lah, halo itu gratis ya sayangku asal tempat usaha itu udah ada track record nya ^^. Bahkan sekelas warung ayam geprek aja ada loh. Ini di kota lagi, sayang sekali tidak memaksimalkan potensi yang ada. Kecuali kalau tempat usaha di wilayah yang sulit kejangkau sinyal internet atau di pelosok masih bisa dimaklumi. Ini di tengah kota lho.

Ya aku sebenarnya juga masih sangat awam untuk mengenal bisnis dan teknologi. Tapi rumus yang aku tau, sepengalamanku dari banyak mengamati,  kunci untuk meningkatkan bisnis itu dengan memanjakan pelanggan, semakin banyak kemudahan yang bisa kita berikan, insyaallah pelanggan itu ga akan berpindah, bahkan secara ga langsung kita jadi terbukti dengan 'iklan gratis' dari mereka dengan share mungkin ke relasi nya. Kemudian, selalu terima masukan apapun sekecil apapun sepedas apapun omongan, karena itu penting buat kita jadi lebih maju lagi. Justru kalau ga ada kritikan membangun itu kita harus waspada karena usaha bisa fall out kapanpun. Lalu, ikat terus klien lama dengan kirim promo-promo ke email mereka atau sosmed seperti blasting email. Trus BELAJAR DARIMANA AJA, bahkan liat kompetitor juga bisa. Coba lirik EF, dari hal terkecil resepsionisnya seperti ter SOP gitu, lalu placement test dibuat gratis, kemudian ada mesin EDC juga, lalu misal kita cuma bawa uang 100rb aja boleh kalau mau daftar les. Sesimpel itu gitu, yang penting apapun caranya, potential client harus terikat. Makanya jadi ga kaget kan kalau di tempat yang lebih mahal tapi jumlah murid nya juga banyak, karena yang ditawarkan lebih dari sekedar hal pokok nya yaitu 'belajar", bahkan harga yang ditawarkan pun juga bisa sama dengan LIA kalau lagi ada special diskon. Lalu, usahain melek teknologi gitu. Ga bisa dipungkiri, sekarang itu mau 2019. Semua udah serba internet, digital marketing itu berkembang pesat. Kalau kita masih gaptek? Ya belajar. Misal owner nya sudah berumur, ya kita nge hire anak-anak muda, mereka seharusnya yang lebih peka dengan hal-hal seperti ini, karena anak muda lebih bisa menyesuaikan. Sebenarnya, kita main HP itu juga udah termasuk melek teknologi, tinggal kita pakai maksimal atau ngga. Kalau perlu, bikin program MT untuk memajukan managemen usaha agar lebih banyak dapet insight baru dari anak muda. 

"Mahal kali teknologi, harus pakai budget, beli kuota". Nggak, ekonomi seseorang itu bukan menjadi penghalang kita untuk ga tau teknologi. Bisa belajar dimana? "di buku, bacaan, bahkan koran sekalipun yang cuma harga dua ribu juga udah bisa" ya kan. Semua itu usaha guys. No excuse kalau kita mau maju. 

Bukan hak ku sebenarnya untuk ngomel seperti ini, apalagi untuk aku yang ibarat kata masih numpang dengan orang tua dan belum menghasilkan sesuatu yang berarti, tapi seenggaknya sebagai sarjana, udah sepatutnya kita lebih peka terhadap masyarakat. Karena kita lulus juga bukan dengan nilai aja, tapi banyak proses yang kita lewati lebih dari sekedar nilai. Aku cuma cukup prihatin aja dengan kondisi seperti ini. Ga sekali aku ngalamin gini, dulu saat kota Malang masih hanya angkot, aku selalu berdoa untuk ada gojek, karena untuk anak yang nasib nya seperti aku, minta motor ke orang tua itu ga tega, tapi berani di jalan sendiri juga takut, mau ga mau harus naik angkot setiap hari dengan biaya yang gak murah juga kalau harus oper-oper, itu menyiksa sekali. Mau bergantung ke teman kalau terus menerus juga ga bisa, karena lebih kearah ga tega juga *Iya aku ga tegaan*. Aku masih ingat juga, dulu aku pernah nangis ke mamiku untuk dikoskan di belakang kampus aja karena saking capek nya harus berjalan kaki meskipun hujan (karena Malang sering hujan) trus naik angkot. Sampai saking capeknya, aku sangat terbantu buat sekedar tidur siang di kos Ima karena aku ngantuk an, kalau anak-anak lain berat badan meningkat di Malang, aku kebalikannya, berat badanku sampai turun lima kilogram juga pas itu gara-gara kebanyakan jalan kaki jauh setiap hari. Dalam satu semester pula, ada sekitar 2-3 sepatu bisa rusak malah sobek, padahal dulu yang aku pakai Kickers, seharusnya kan awet ya, ini ngga. Barbar kayanya kakiku. Sampai pernah juga didorong dan diomelin pak angkot juga sering, pulang-pulang nyaris dicopet juga pernah gara-gara jalan kaki sendiri, itu menyiksa sekali. Apalagi kalau ga ada uang, aku harus jalan kaki ke ATM dan itu jauh sekali, sekarang ga perlu lagi wasting time karena ada M-Banking. Aku amat sangat berterimakasih dengan teknologi. Semua ini gratis kok guys, tinggal kita nya aja yang mau berusaha ngurus. 

"Semua itu bisa diusahakan, asal kita nya mau"

Kalau ditanya, aku masih lanjut ga les disitu?
Untuk sementara aku masih pikir-pikir dulu, kalau aku nemu tempat lain yang harganya bisa sama mungkin aku akan pindah. Tapi kalau seandainya ga ada, mungkin ya tetap disitu, karena gimana pun aku butuh ilmu nya sih untuk kedepan nya. Ilmu itu ga ada yang sia-sia. Karena ibu adalah guru utama untuk anak-anak nya kelak".

Oh ya, mungkin aku bakal berdoa lagi buat seenggaknya, banyak tempat usaha khususnya 'ini' lebih melek teknologi lagi. Apalagi buat yang d kota, ini penting banget. Kalau daerah atau bahkan pelosok aku masih bisa sangat memaklumi kok karena aku juga udah pernah berpindah-pindah tempat, apalagi sampai Papua  ^^ jadi aku ga bakal sarkas hehehe.

Comments